Tulisan
gue kali ini semata-mata tulisan yang berlandaskan curhat semata, dimana memang
tujuan gue buat blog adalah tak lain untuk mengeluarkan unek-unek dan segala
macam pikiran yang ada di kepala gue. Seno Gumira Ajidarma pernah berkata kalau “menulis
adalah suatu cara bicara, suatu cara untuk berkata, dan suatu cara untuk
menyapa”. Jadi, bagi gue sendiri menulis adalah suatu kebahagiaan sederhana
ketika gue mampu mengungkapkan apa yang selama ini selalu berontak mendesak di
kepala gue untuk dikeluarkan.
Berita-berita
di atas sukses membuat gue semakin aware sama human. Semakin membuat gue untuk
membenarkan perkataan Ayah gue yang selalu bilang kalau kita ga boleh 100%
menaruh kepercayaan pada siapapun. Dan sampai detik ini gue pun selalu
menanamkan itu pada filosofi hidup gue “Don’t trust anyone, even a salt looks
like a sugar”. Bukan karena gue gapercaya masih ada manusia baik di dunia ini, tetapi karena manusia sangat dinamis itu yang membuat manusia terkadang lebih mengerikan. Yang semakin miris ketika melihat berita diatas adalah menunjukkan kualitas
hidup manusia semakin memburuk, bukannya semakin membaik. Dari waktu ke waktu
manusia digulung di dalam seluruh kehidupan, sehingga kita terus melihat
bagaimana dosa bertumbuh dan berkembang.
Dulu
dosa sudah ada. Sekarang pun ada, tetapi cara memainkan dosa itu semakin
mengerikan. Dulu, di dalam nilai-nilai, dosa itu memang dosa, dan manusia yang melanggar nilai-nilai itu dianggap telah melakukan dosa dan merasa bersalah. Di
masa kini, dosa itu bisa disebut bukan dosa, malah sebuah kebenaran. Ini
namanya relativisme. Maka semakin hari, cara berpikir, dan cara menempatkan
dosa itu semakin mengerikan. Terkadang manusia melakukan dosa atas dasar pembenaran bagi diri nya sendiri.
Dalam
batin gue selalu berpikir apa dengan melakukan kejahatan mereka mendapatkan
kepuasan tersendiri? Lalu bagaimana dengan nasib keluarga korban? Bagaimana
keluarga korban melanjutkan hidup ketika mungkin korban adalah sebagai tulang
punggung keluarga, tumpuan hidup, dan harta yang tidak bernilai bagi
keluarganya? Tetapi kalian dengan tega menghancurkan segala harapan yang telah
dibangun.
Sejatinya
ketika kalian melakukan kejahatan, menyakiti orang lain, kalian bukan hanya
menyakiti orang tersebut tapi berdampak bagi keluarga, kondisi mentalnya, dan
percayalah dengan melakukan kejahatan dan menyakiti orang lain, kalian juga
menyakiti diri kalian sendiri. Jadilah manusia yang berlomba mencari kebaikan,
bukan dengan berlomba mencari dosa atas pembenaran semata dengan melakukan
kejahatan dan menyakiti orang lain.
Tulisan ini semata-mata buat menjadi bahan perenungan gue aja sendiri untuk menjadi yang lebih baik dan baik lagi, tetapi kalau kalian mau ikut merenung dengan tulisan ini pun gak masalah, gak pun juga tak apa. Dan ingat, sebaik-baiknya kekuatan adalah ketika kalian mampu diam, padahal emosi mu sedang meronta ingin dikeluarkan. Be positive!!
Tulisan ini semata-mata buat menjadi bahan perenungan gue aja sendiri untuk menjadi yang lebih baik dan baik lagi, tetapi kalau kalian mau ikut merenung dengan tulisan ini pun gak masalah, gak pun juga tak apa. Dan ingat, sebaik-baiknya kekuatan adalah ketika kalian mampu diam, padahal emosi mu sedang meronta ingin dikeluarkan. Be positive!!
Di era ini jarang lhoo individu yang berbagi kebaikan lewat medsos.
BalasHapusBahkan di dunia nyata pun manusia lebih suka berbuat buruk dengan lainnya. Dan gue rasa udah jadi PR buat kita untuk merubah mindset buruk mereka.
Susah bukan berarti gak bisa.
Terimakasih atas komentarnya:) untuk itu lewat tulisan ini gue hanya mau berbagi pikiran positif aja sih agar kedepannya kita menjadi pribadi yg lebih baik lagi:)
Hapus