Langsung ke konten utama

Menemukan Makna Hidup Sederhana dari Kuliah Kerja Nyata (KKN)


Bila kalian belum tahu apa sih itu KKN? KKN adalah sebuah program dari kampus untuk mewujudkan salah satu tridharma perguruan tinggi yaitu pengabdian kepada masyarakat. Dimana sebagai mahasiswa kita bukan hanya harus belajar dikelas namun adalah bagaimana kita bisa mengamalkan ilmu yang kita dapat kepada masyarakat sekitar dan ikut berkontribusi dalam memajukan pengembangan masyarakat di desa terpencil. Seperti halnya yang dikatakan oleh Tan Malaka, “Bila kaum muda yang telah belajar di sekolah menganggap dirinya terlalu tinggi dan pintar untuk melebur dengan masyarakat yang bekerja dengan cangkul dan hanya memiliki cita-cita yang sederhana, maka lebih baik pendidikan itu tidak diberikan sama sekali”. Karena sejatinya ilmu yang tidak diamalkan bagai pohon yang tak berbuah.

Universitas Negeri Jakarta sebagai kampus pencetak generasi pendidik dan juga sebagai kampus almamater saya menjadi salah satu kampus yang mengadakan program KKN ini bagi mahasiswanya. Program ini mengharuskan kita untuk tinggal satu bulan lamanya di daerah desa terpencil. Dan akhirnya pada bulan Januari 2016 kemarin, saya beserta kelompok saya yang terdiri dari 10 orang, 2 orang laki-laki dan 8 orang perempuan dengan jurusan dan fakultas yang berbeda-beda berangkat melakukan pengabdian masyarakat di Desa Lengkong, Kecamatan Cipeundey, Kabupaten Subang, Jawa Barat.

Sampai disana kesan pertama yang saya dapat adalah warga disana menyambut kami dengan sangat baik dan ramah terutama anak-anak kecil yang tiada hentinya meneriaki kami dengan pangggilan “KAKAK KKN, KAKAK KKN” dari kami tiba sampai kami sampai dirumah panggilan itu masih terus terdengar. Oya sebagai info disini, kami menyewa rumah yang kami tinggali dengan sistem kontrak, kami menyewa satu bulan dengan biaya 2juta untuk 10 orang. Rumah yang kami tempati sangat sederhana terdiri dari 3 kamar sudah ada kasur namun tidak ada bantal, dapur, kamar mandi, dan ruang tv yang menjadi favorit kelompok kami. Kenapa favorit? Berhubung cuaca di Subang ternyata panas diluar dugaan, kami pikir akan adem karena masih banyak kebun-kebun disana tapi ternyata tidak. PANASSS!! Apalagi malam hari, dan karena kelompok kami hanya membawa 1 kipas dan ditaruh diruang tv, maka jadilah ruang tv menjadi tempat sarana berdiskusi kita, makan, bahkan tidur semua bersepuluh-bersepuluhnya diruang tv kaya ikan pepes. Kebayang ga serunya???

Kemudian hari-hari selanjutnya kami mengisi hari dengan menjalankan program kerja kami yaitu mengajarkan bimbel di rumah home stay setiap hari, mengajar di SDN Lengkong, membuat Taman Baca di Balai Desa, dan memberi penyuluhan Demam Berdarah. Saya tersentak ketika melihat semangat belajar anak-anak di desa ini, anak-anak disini sangat bersemangat untuk belajar, berbeda dengan anak-anak dikota yang sudah kenal gadget, anak-anak disini justru mengisi hari-harinya dengan mengikuti pengajian dan belajar bersama. Mereka selalu datang tiap hari ke home stay untuk meminta diajarkan mata pelajaran yang sulit ketika disekolah, bahkan saat kami sudah lelah pun mereka masih nagih “Kaaaaakkk ayodonggg lagi ajarin, kasih aku soal” saya ancungi dua jempol bagi semangat-semangat mereka. 

Pengalaman yang sama pun saya dapatkan ketika mengajar di SDN Lengkong, mereka semua antusias ketika kami mengajar ke kelas mereka. Kebetulan disini saya mengajar IPA dan Matematika di kelas 2 SD. Dari yang anaknya berisik, pintar, bandel, belum bisa nulis dan membaca, sampai ada yang poop dicelana saya alamin ketika mengajar di SD tersebut. Kemudian kami membuka Taman Baca di Balai setiap minggunya, disana kami putar tontonan film yang mengedukasi bagi anak-anak, dan kami sediakan bahan bacaan dari ilmu pengetahuan sampai dongeng dan cerita. Mereka selalu datang beramai-ramai, ada kesenangan sendiri jika kalian melihat secara langsung bagaimana raut muka bahagia anak-anak ketika mereka bisa belajar bersama seperti itu. Dan yang paling membuat saya senang adalah anak-anak disana ternyata memiliki cita-cita yang tinggi ada yang bilang mau jadi guru ngaji, pilot, polisi, dokter dan yang bikin saya terharu adalah ada yang bilang “saya teh mau jadi kaya kakak aja, mau mengajarkan adik-adik nanti juga kaya kakak”.





Program kami selanjutnya yaitu penyuluhan Demam Berdarah, karena di Subang saat itu lagi musim demam berdarah maka terlintas niat kita untuk melakukan penyuluhan guna memberi kesadaran bagi masyarakat disana untuk menjaga kesehatan dan kebersihan. Sebagai info, anggota kelompok saya pun harus berkurang satu karena terkena sakit demam berdarah dan akhirnya pulang kerumah. Kita mendatangi rumah-rumah warga untuk memeriksa penampungan airnya dan memberikan obat untuk ditaruh di air.

Hari demi hari kita lalui dengan kegiatan rutin itu, disela-sela kegiatan proker kami pun tak jarang menghadiri pengajian di rumah-rumah warga sekitar. Dan malam hari selalu dipenuhi canda tawa, hampir setiap harinya kami tidur lewat jam 12 malam karena keasyikan mengobrol dan tertawa bersama. Film-film yang kami stock di laptop dan kartu menjadi hiburan kami disana. Saya akan selalu rindu ketika kita memasak bersama dan harus pagi-pagi buta ke pasar, sebagai info disana jauh sekali tempat-tempat makan. Jangan bayangkan ada MCD, KFC dll disana Alfamart pun hanya ada satu dan terletak lumayan jauh dari home stay. Bisa kalian bayangkan???? betapa kami amat merindukan makanan junkfood dan kenyataannya hanya harus menjadi alay Alfamart, karena tak terhitung berapa kali dalam sehari kita bolak-balik Alfamart hanya sekedar untuk membeli jajanan.


Program yang terakhir adalah mengadakan Pentas Seni Perpisahan. Disana kami berkumpul dengan dua kelompok lain yang KKN juga di Desa Lengkong untuk mengadakan pentas seni perpisahan sebagai wujud apresiasi kita terhadap masyarakat dan adik-adik yang menerima kami dengan baik. Acara diisi dengan mementaskan anak-anak yang telah kita latih selama ini, ada yang membaca puisi, menyanyikan lagu, sampai menari. Kebetulan disini saya menjadi salah satu yang mengajarkan mereka menari. Setelah pentas seni perpisahan usai, lagi-lagi saya dibuat terharu oleh adik-adik disana mereka tiada hentinya memeluk saya dan bilang”Kaaak, kakak jangan pulang, nanti siapa yang ngaarin kita lagi kak?” “Kakak nanti sering main kesini kan kakkk?, kakak jangan pulanggggg” Kemudian saya dipeluk erat dan mereka menangis bersama-sama dipelukan saya. Saya hanya bisa membalas dengan memberikan mereka semangat “Jangan nangis donggg, kakak kan harus pulang harus belajar juga sama kaya kalian buat meraih cita-cita kakak, kalian disini kan juga ada ibu dan bapak guru yang ngajarin, semangat belajar disini sampai nanti kita ketemu lagi dan cerita tentang kesuksesan kita masing-masing”. Seperti halnya Proud Mommy, saya bangga telah memberikan ilmu saya yang tidak seberapa ini dan memberikan motivasi bagi mereka untuk terus meraih cita-cita mereka. Semangatttt adik-adik Lengkongku, kelak kau akan menjadi agen perubahan bagi masyarakat disana.





Sampai akhirnya bulan Februari, kita kembali pulang ke rumah masing-masing. Pengalaman berharga yang saya dapatkan setelah mengikuti KKN ini, mengenal dunia luar yang berbeda kehidupannya dengan kehidupan saya dikota, belajar memahami makna hidup sederhana dari masyarakat disekitar desa Lengkong yang selalu dapat menemui kebahagian mereka walaupun hanya dengan hidup yang serba sederhana. Terimakasih KKN telah mengajarkan saya hidup mandiri, mencuci baju sendiri setiap hari karena persediaan baju yang cuma sedikit, the moment of nungguin baju kering itu luar biasa ketika hujan turun yang diingat cucian tanpa kecuali, belajar memasak bersama teman-teman sepertinya disana saya dijarkan juga untuk menjadi calon istri dan ibu yang baik untuk keluarga saya kelak.


Dan melalui KKN pun saya belajar memahami dan mengerti sifat-sifat orang lain. Seperti halnya 10 orang teman yang saya pelajari sifatnya selama satu bulan kita satu atap bersama. Canda, tawa, nyinyirrr hahhaha akan saya rindu moment-moment kebersamaan kita...




Terimakasih KKN, once a life time experience yang membuat saya sadar bahwa ada kehidupan lain yang berbeda dari kehidupan yang saya jalani setiap hari. Makna hidup kesederhanaan yang saya pelajari dari KKN ini membuat saya lebih mensyukuri dengan apa yang sudah selama ini saya dapatkan. KKN memang menguras banyak pikiran dan tenaga. Tapi itu tak seberapa dengan pengalaman dan kenangan KKN berharga yang saya dapatkan. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Putih Biru Masa Transisi Yang Paling Indah

Dalam fase kehidupan anak sekolah Indonesia kita mengalami beberapa transisi. Dimulai dari SD, SMP, SMA, dan Kuliah. Dalam setiap fase transisi itu, pasti banyak memori-memori indah yang ga bakal bisa kalian lupain dari ingatan kalian. Seperti saat SD, pasti lo pernah ngalamin atau pengalaman temen lo yang namanya pup dicelana. Itu menjadi hal yang sangat lazim terjadi di masa-masa SD bahkan mungkin malunya bisa kebawa sampe tua. Dan mungkin dari kalian semua ada yang udah nemuin cinta monyet dikala itu. Ya....cuman sekedar “gue suka dia loh” udah, tanpa tau makna suka sebenernya tuh apa. Bahkan temen gue dulu saat SD pernah suka cowo karena dia jago main pianika dan jago mainin musik india. Udah, iya sesepele itu.... Fase transisi berikutnya adalah masa SMP. Banyak orang yang bilang masa-masa yang paling indah ketika kalian duduk di bangku sekolah itu adalah masa SMA. Bagi gue GAK . Kenapa gak? Di masa-masa SMA kalian udah harus nentuin identitas diri kalian, nemuin bakat yang ka...

The Golden Cage

The Golden Cage “A bird who hurt her wing, now forgotten how to fly” “A song she used to sing, but can't remember why” “A breath she caught and kept, that left her in a sigh” It hurts her so to love you, but she won’t say goodbye Sebuah poems karya Lang Leav yang screen-captureable banget buat para fakir kasih sayang, buat para penghuni cinta dalam diam, dan buat para manusia yang ditinggal pas lagi sayang-sayangnya. Poems itu nyeritain gimana sih rasanya patah hati bagi seseorang yang terlalu sayang namun hubungan memang sudah tidak bisa lagi diteruskan. Rasanya sakit, tapi ga berdarah. Berbicara mengenai patah hati, pasti diantara kalian juga pernah ngerasain yang namanya patah hati. Ada pepatah yang bilang, kalo kamu berani memulai untuk jatuh cinta, berarti harus siap juga buat nerima yang namanya patah hati. Baru-baru ini saya mengalami the most broken moment selama 22 tahun saya hidup. Walaupun kisahnya ga sedih-sedih amat kaya Romeo Juliet atau Jake ...